Iklan

Latest Post

Rudyansyah
Minggu, November 23, 2025, 20:09 WIB
Last Updated 2025-11-23T13:09:33Z
SportsTrending

Dari Dinding Panjat ke Puncak Prestasi, Kisah Dua Atlet Binaan Pengkab FPTI PALI yang Bersinar di Ajang Nasional

Gelaran bergengsi yang diselenggarakan oleh Himpala Bahtera Buana (HBB) Polsri | Foto : FPTI PALI

Palembang, HPC - Di bawah gemuruh sorakan penonton dan deru napas para pemanjat yang saling mengejar waktu, dua atlet muda dari Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) diam-diam mencuri perhatian. Mereka bukan datang dari klub besar kota-kota besar, bukan pula atlet yang dibesarkan dengan fasilitas mewah. Namun pada HIMPALA Bahtera Buana Wall Climbing Competition 2025, mereka pulang membawa sesuatu yang tak semua peserta dapatkan keyakinan bahwa kerja keras mampu mengalahkan keterbatasan.


Gelaran bergengsi yang diselenggarakan oleh Himpala Bahtera Buana (HBB) Polsri itu mempertemukan para pemanjat dari berbagai daerah sejak 21 hingga 23 November 2025. Kampus Politeknik Universitas Sriwijaya mendadak berubah menjadi lautan tali, pengaman, kapur, serta teriakan penyemangat dari para pendukung.


Dari antara kerumunan itu, nama Rizka Claudia Putri mulai mencuri perhatian. Turun di nomor Lead OPA putri, Rizka menunjukkan ketenangan luar biasa. Setiap pegangan ia taklukkan, setiap pijakan ia manfaatkan dengan presisi. Saat ia berhasil menggapai titik tertinggi, sorak kemenangan pecah. Medali emas pun resmi menjadi miliknya.


Berbeda dengan Ritme Lead, nomor Boulder umum putri yang diikuti Keisya Dwi Aurelia justru menuntut kekuatan eksplosif, kreativitas gerak, dan keberanian mengambil risiko. Keisya melewati rintangan satu demi satu dengan ekspresi serius namun percaya diri. Hingga akhirnya, ia berdiri di podium kedua, menggenggam medali perunggu yang pantas ia dapatkan.


Prestasi ini bukan hanya milik Rizka dan Keisya. Di balik mereka berdiri para pelatih, manajer, serta Ketua Pengkab FPTI PALI, Ahmad Jhoni SP MM, yang tak pernah berhenti memberi dorongan meski fasilitas latihan tak selalu ideal.


“Alhamdulillah atlet kita masih bisa meraih kemenangan di event nasional ini,” ucap Jhoni dengan nada bangga. “Dengan keterbatasan yang kita punya, kami tetap berupaya memberi pembinaan terbaik. Semoga PALI semakin dikenal sebagai daerah yang mampu mencetak atlet berprestasi.”


Ia juga menegaskan bahwa kemenangan bukan tujuan akhir. Baik atlet yang menang maupun yang belum mendapat hasil terbaik, semuanya harus tetap berlatih, tetap berbesar hati, dan terus memberikan yang terbaik untuk kabupaten.


Bagi kedua atlet ini, medali bukan hanya logam berkilau. Ia adalah simbol dari proses panjang jatuh bangun, tangan lecet, kaki gemetar, waktu latihan yang tak mengenal hari libur, dan semangat untuk membuktikan bahwa anak-anak daerah pun bisa berbicara di panggung nasional.


Prestasi mereka adalah bukti bahwa talenta dari PALI tidak kalah dengan daerah lain. Bahwa di balik keterbatasan, selalu ada ruang untuk tekad dan keberanian.


Rizka dan Keisya mungkin telah pulang membawa medali, tetapi perjalanan mereka baru saja dimulai. Dari arena panjat tebing Polsri hingga mendaki puncak prestasi berikutnya, satu hal pasti: semangat para atlet PALI telah memberikan harapan baru bahwa dinding panjat bukan hanya tempat berkompetisi melainkan tempat membentuk karakter dan masa depan.

Terkini