Selasa, November 26, 2024, 06:46 WIB
Last Updated 2024-11-25T23:46:16Z
Daerah PilkadaPALI MemilihPILKADATrending

Tolak Politik Uang di Masa Tenang Demi Pilkada yang Adil dan Bermartabat

Opini ditulis oleh: Dwiki Sandy (Presiden BEM Unsri 2021) 

Sebagai seorang anak muda yang tumbuh dan besar di Kabupaten PALI, saya merasa punya tanggung jawab moral untuk melihat daerah kita melangkah ke arah yang lebih baik. Sebentar lagi, kita akan menghadapi pemilihan kepala daerah (Pilkada), momen penting yang akan menentukan masa depan Kabupaten PALI. Namun, menjelang hari pencoblosan, ada satu isu yang terus membayangi: money politic atau politik uang.


Saya ingin mengajak kita semua untuk berpikir lebih dalam tentang dampak politik uang yang sering terjadi, terutama di masa tenang, saat perhatian kita seharusnya difokuskan pada refleksi terhadap pilihan terbaik. Apakah kita rela menggadaikan masa depan daerah kita demi uang sesaat?


Politik Uang: Wajah Lama di Pilkada


Tidak bisa dipungkiri, politik uang telah menjadi praktik yang sering terjadi di banyak wilayah, termasuk Kabupaten PALI. Menurut laporan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), politik uang meningkat menjelang hari pencoblosan, khususnya di masa tenang. Para kandidat atau tim sukses biasanya memanfaatkan waktu ini untuk menyebarkan uang kepada masyarakat dengan iming-iming agar mereka memilih kandidat tertentu.


Misalnya, dalam laporan Bawaslu tahun 2019, sekitar 58% kasus pelanggaran pemilu berkaitan dengan politik uang. Biasanya, uang diberikan dalam bentuk amplop berisi uang tunai, sembako, atau barang-barang kebutuhan lain. Angka yang diterima masyarakat bisa bervariasi, mulai dari Rp50.000 hingga Rp500.000 per kepala keluarga.


Di Kabupaten PALI, praktik ini sering muncul dengan cara-cara yang halus. Ada yang datang dari pintu ke pintu di malam hari, ada juga yang menyisipkan amplop dalam acara-acara sosial. Ironisnya, masyarakat sering kali merasa sulit untuk menolak karena mereka terjebak dalam situasi ekonomi yang sulit.


Dwiki Sandy (Presiden BEM Unsri 2021) 


Dampak Politik Uang pada Kabupaten PALI


Kita perlu menyadari bahwa menerima uang politik berarti menjual suara kita. Dampak buruknya sangat nyata:


1. Pemimpin yang Tidak Berkualitas

Kandidat yang mengandalkan politik uang sering kali lebih fokus pada cara “membeli kekuasaan” daripada memikirkan program kerja yang bermanfaat untuk rakyat. Jika mereka menang, mereka akan lebih sibuk mengembalikan “modal” daripada memperbaiki kondisi daerah.


2. Korupsi yang Merajalela

Data dari Transparency International menunjukkan bahwa praktik politik uang berkorelasi erat dengan tingginya tingkat korupsi. Pemimpin yang menang lewat uang akan cenderung melakukan korupsi untuk menutupi pengeluaran mereka selama kampanye.


3. Hilangnya Kepercayaan Publik

Jika masyarakat terbiasa menerima uang politik, pemilu akan kehilangan makna sebagai sarana demokrasi. Kepercayaan kepada sistem pemerintahan pun akan menurun.


Himbauan kepada Generasi Muda dan Masyarakat PALI


Sebagai generasi muda, kita memiliki peran penting untuk menjadi motor penggerak perubahan. Masa depan Kabupaten PALI ada di tangan kita. Oleh karena itu, saya mengajak teman-teman dan seluruh masyarakat untuk:


1. Menolak Politik Uang

Saat menerima uang dari kandidat tertentu, ingatlah bahwa kita sedang menjual suara kita. Mari bersama-sama menunjukkan integritas dengan menolak segala bentuk politik uang.


2. Melaporkan Pelanggaran

Jika kita mengetahui adanya praktik politik uang, laporkan kepada pihak berwenang seperti Bawaslu. Jangan biarkan pelanggaran ini terus terjadi.


3. Memilih dengan Bijak

Mari gunakan hak pilih kita berdasarkan visi, misi, dan rekam jejak kandidat. Pilihlah pemimpin yang benar-benar peduli terhadap pembangunan Kabupaten PALI.


Apa yang Ingin Kita Wariskan?


Sebagai pemuda PALI, saya percaya bahwa kita punya kekuatan untuk membawa perubahan. Bayangkan jika kita semua bersatu melawan politik uang. Kita bisa menciptakan Pilkada yang adil, bermartabat, dan menghasilkan pemimpin yang benar-benar peduli kepada rakyat.


Mari kita tanyakan pada diri kita sendiri: Apa yang ingin kita wariskan kepada generasi berikutnya? Akankah kita mewariskan kebiasaan buruk menerima politik uang, atau kita ingin mewariskan demokrasi yang sehat dan bersih?


Di masa tenang ini, mari gunakan waktu untuk merenung, berdiskusi, dan memilih dengan hati nurani. Jangan sampai kita tergoda oleh iming-iming sesaat yang pada akhirnya merugikan masa depan kita sendiri. Saya percaya bahwa Kabupaten PALI bisa menjadi contoh daerah yang menjunjung tinggi demokrasi. Semua itu dimulai dari diri kita masing-masing.


"Pilihan ada di tangan kita, dan masa depan Kabupaten PALI ada di suara kita. Mari tolak politik uang demi perubahan yang lebih baik."