Dalam setiap helatan besar di tingkat kabupaten mulai dari festival budaya, perayaan hari jadi daerah, hingga agenda pemerintahan skala nasional—kehadiran pers seharusnya menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Namun, tak jarang justru pers diperlakukan sekadar “pelengkap”, hadir hanya ketika dibutuhkan, diingat hanya ketika diperlukan dokumentasi, namun dilupakan saat menyusun strategi publikasi yang sebenarnya krusial bagi keberhasilan sebuah kegiatan.
Padahal, pers bukan hanya tamu yang datang membawa kamera dan pena. Pers adalah jembatan antara pemerintah daerah dan masyarakat. Dalam konteks event besar, keberadaan pers memastikan publik turut merasakan euforia, memahami pesan, dan mengetahui manfaat acara tersebut.
Informasi yang disajikan media mampu menghidupkan ruang publik dan menegaskan bahwa sebuah program pemerintah benar-benar dirancang untuk rakyat, bukan hanya menjadi seremonial yang berakhir tanpa gema.
Lebih jauh, sinergi antara pemerintah daerah dan insan pers mencerminkan kedewasaan sebuah birokrasi. Pemerintah yang memahami pentingnya publikasi akan merangkul media sejak tahap perencanaan, bukan hanya ketika acara sudah berlangsung atau bahkan setelah selesai.
Pers diberi ruang untuk bertanya, menggali, dan menyiarkan informasi secara objektif—sebuah proses yang justru menguntungkan pemerintah karena hasilnya adalah transparansi dan kepercayaan publik yang lebih kuat.
Ironisnya, pada beberapa kesempatan besar di kabupaten, pers masih diposisikan di pinggir: tidak diberi akses informasi yang memadai, tak didukung anggaran yang wajar, serta tidak disiapkan fasilitas peliputan yang layak, bahkan sering kali tidak diberitahu secara resmi terkait agenda penting.
Jika kondisi ini terus berlangsung, publik pun kehilangan haknya untuk mengetahui peristiwa-peristiwa besar yang seharusnya menjadi kebanggaan daerah.
Sudah saatnya pemerintah daerah membuka mata: kesuksesan sebuah event bukan hanya diukur dari tamu VIP yang hadir, panggung yang megah, atau anggaran yang besar. Keberhasilan sebuah agenda justru bermuara pada seberapa luas publik mengetahuinya, memahami maknanya, dan merasakan dampaknya. Dan siapa yang memungkinkan hal itu terjadi? Pers.
Pers adalah mitra, bukan penggembira. Mereka bukan sekadar peliput, tetapi penjaga informasi yang akan mencatat jejak sejarah daerah. Jika pemerintah daerah benar-benar ingin meninggalkan legacy yang baik, maka membangun sinergi dengan insan pers secara profesional dan berkelanjutan adalah langkah yang tidak bisa ditawar.
Sebab tanpa pers, sebuah event besar hanya akan menjadi acara sunyi yang ramai di tempat, namun mati di ingatan masyarakat.**

