Jumaat, April 16, 2021, 10:18 WIB
Last Updated 2021-04-16T04:14:25Z
OpiniPance Kite

Meneropong Pasca Covid-19,Kesenjangan menjadi Akar Kemiskinan

Teguh Estro

          Direktur Eksekutif Research and Social Empowerment Institute (RESEI)



Hitspali.com ---Mewabahnya Pandemi Covid-19 selama satu tahun ini berefek domino pada berbagai aspek.Tentu saja aspek ekonomi yang menjadi pesakitan,mengingat hal ini berkaitan langsung dengan urusan perut.Mulai dari Ritel raksasa sampai usaha UMKM satu persatu gulung tikar.


Meningkatnya kemiskinan ini tentu menjadi momok bagi roda pembangunan.Namun bila ditilik lebih dalam,sebenarnya wabah virus ganas ini hanyalah siraman minyak.Sejatinya terdapat bara yang telah mengendap lama yang penyebab kemiskinan tak kunjung padam.Hal tersebut bernama KESENJANGAN,kesenjangan yang telah mengakar di Masyarakat.


Setidaknya hal inilah yang menjadi keresahan salah seorang Ekonom senior Kwik Kian Gie dalam bukunya KEBIJAKAN EKONOMI POLITIK DAN HILANGNYA NALAR AKAR.


“Maka, yang dikejar hanyalah pertumbuhan ekonomi tanpa peduli apakah pertumbuhan itu lebih memperkaya yang sudah kaya dan lebih menyengsarakan yang sudah miskin “ (hal. 10)


Kesenjangan bukan hanya urusan pendapatan,namun lebih luas lagi.Terdapat kesenjangan kepemilikan tanah,kesenjangan kepemilikan rumah,kesenjangan tingkat pendidikan,kesenjangan jalur listrik, kesenjangan akses pelayanan publik, kesenjangan penguasaan pasar sampai pada kesenjangan peran gender.


Problematika ini tak datang secara tiba-tiba.Terdapat ragam variabel yang menjadi pemicunya,faktor utamanya adalah policy (kebijakan) yang tidak berpihak serta buruknya penyelenggara urusan publik.Sebagaimana yang disampaikan Dr. H. Soekarwo dalam bukunya BERKACA DARI KEGAGALAN LIBERALISASI EKONOMI.


“…Ketimpangan muncul karena pelayanan public yang buruk kepada kalangan bawah sehingga mereka tak bisa bersaing dan meningkatkan taraf hidup. Misalnya, tingkat pendidikan dan pengetahuan kalangan bawah menghambat mereka masuk ke institusi keuangan modern…” (hal.29)


Dampak dari berbagai kesenjangan yang telah menggurita ini.Membuat kelompok The Have kian melangit tapi di sisi lain rakyat miskin menjerit mencari sesuap nasi.Terang benderang di masa pandemi Covid-19 ini dalam penerapan protokol kesehatan yang masih pandang bulu.Kelompok atas menggelar pesta keramaian tanpa teguran.Namun berbanding terbalik saat rakyat yang berbuat serupa.Sedihnya saat akses-akses publik bisa dibeli dengan hepeng dan privilege kaum elite. Sedangkan masyarakat bawah masih kesulitan mengakses sekolah terbaik,tak dapat menjangkau rumah sakit kelas satu dan masih banyak saudara-saudara kita yang berebut lapak di pasar. 


Hal tersebut diperkuat oleh analisa Dr. Muhammad Syarkawi Rauf Dalam bukunya MENUJU KETANGGUHAN EKONOMI DALAM ARTIKEL MENGATASI KETIMPANGAN EKONOMI DENGAN REFORMASI PASAR.


“Ketimpangan yang semakin melebar disebabkan oleh penguasaan pasar yang juga semakin tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh penguasaan pasar oleh kurang dari lima pelaku usaha di komoditas pangan, obat, keuangan, pertambangan dan lainnya. Struktur pasar yang oligopoli yang mengarah ke kartel telah merampas kebahagiaan (Consumer surplus) yang seharusnya dinikmati oleh konsumen, khususnya masyarakat berpendapatan menengah ke bawah” (hal. 224)


Selain dari pada faktor kebijakan yang tak keberpihakan pada masyarakat,terdapat variable lainnya yang menyebabkan membengkaknya kemiskinan.Yakni di zaman Disrupsi Digital ini,telah muncul pekerjaan-pekerjaan spesifik baru.Dan tentu saja mengubah orientasi pasar. Dahulu industri tanah air hanya berkutat pada sektor oil and gas,Ritel Domestik serta ekspor bahan mentah.Namun hadirnya era industri 4.0 ini memunculkan jenis-jenis pekerjaan baru. Semacam Youtuber, Gamer’s Pro Player, Digital Start-Up, Vlogger, Analis Sosial Media bahkan robotisasi pelayanan publik dengan Artificial Intelligence. Lambat laun pemain-pemain baru ini menggeser pekerja yang enggan beradaptasi.Sehingga bisa ditebak endingnya adalah berkurangnya pendapatan pada pemain lama.


Analisa-analisa diatas masih dapat didiskusikan bahkan diperdebatkan. Karena program-program yang berdampak pada rakyat harus berangkat dari kegelisahan akar rumput. Harapannya analisa ini bisa membantu para pengambil kebijakan untuk memetakan strategi pembangunan. Sehingga benar-benar terwujud keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.


Penulis : Teguh Estro

                  Direktur Eksekutif Research and Social Empowerment Institute (RESEI)


Bahan Bacaan :

1. Kwik Kian Gie, Kebijakan Ekonomi Politik dan Hilangnya Nalar Akar, Penerbit Buku Kompas. Jakarta ; 2006

2. Dr. Muhammad Syarkawi Rauf dkk, Menuju Ketangguhan Ekonomi, Penerbit Buku Kompas. Jakarta ; 2017

3. Dr. H. Soekarwo, Berkaca dari Kegagalan Liberalisasi Ekonomi, Elex Media Komputindo. Jakarta ; 2018