Di bangku kelas, pandanganmu mencuri,
Tawa renyahmu, bagai irama pagi.
Jantung berdegup, kala kau lewat di sisi,
Cinta monyet, kata orang, ini yang pertama kali.
Buku pelajaran jadi tak menarik lagi,
Hanya senyummu yang terukir di hati.
Sepulang sekolah, jalan kita bertemu,
Debar di dada, tak mampu kutahanku.
Kata sapaan, gugup kuucapkan padamu,
Malu-malu, senyummu membalas rasaku.
Mimpi siangku, penuh bayanganmu,
Puisi-puisi kutulis, hanya untukmu.
Di kantin ramai, kau terlihat bercanda,
Dengan teman-teman, riang tak terhingga.
Aku diam, memandang dari jauh saja,
Berharap suatu saat, kau 'kan mengerti rasa.
Sebuah harapan, tumbuh di jiwa muda,
Cinta ini, semoga tak hanya sekedar ada.
Buku PR tebal, tak seberat rinduku,
Senyum tipismu, obat bagi piluku.
Setiap hari, menanti hadirmu,
Di gerbang sekolah, atau di sudut ruang itu.
Masa SMA, penuh warna dan ragu,
Antara belajar, dan memikirkanmu.
Mungkin nanti, cinta ini 'kan berlalu,
Atau mungkin, jadi kisah yang tak lekang waktu.
Yang jelas kini, kau penuhi hatiku,
Dengan manisnya, rasa cinta monyet itu.
Sebuah kenangan, di masa putih abu,
Takkan terlupa, selalu terukir di kalbu.
(Ali bin Abi Gaol)

